Kasus HIV/AIDS Terbanyak di Pekanbaru: Didominasi Usia Produktif

KATAPRES.COM – PEKANBARU – Dalam momentum Peringatan Hari AIDS Sedunia, Senin (1/12/2025), Dinas Kesehatan Provinsi Riau mengungkap bahwa kasus HIV/AIDS di daerah ini masih didominasi kelompok usia produktif. Penanggung Jawab Program HIV/AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Egawati, menyebut jumlah kasus HIV/AIDS terus meningkat dan memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak.

Egawati menjelaskan bahwa hingga September 2025, tercatat sebanyak 11.078 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Provinsi Riau. Jika dirinci, terdapat 1.001 kasus pada tahun 2023, 1.030 kasus pada tahun 2024, dan 793 kasus hingga September 2025, yang tersebar di 12 kabupaten/kota.

“Kasus terbanyak berasal dari Kota Pekanbaru, mencapai 6.463 kasus atau lebih dari 50 persen total kasus di Riau,” ujar Egawati.

Ia menambahkan bahwa rentang usia paling terdampak adalah usia 25–49 tahun.

“Sekitar 72 persen ODHA berada di usia produktif. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen adalah laki-laki, sementara perempuan berada di angka 28–30 persen,” ucapnya.

Ia menyebut angka tersebut menunjukkan bahwa kelompok usia produktif sangat rentan dan membutuhkan pendekatan edukasi yang lebih intensif.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau, dr. Wildan Asfan, menyampaikan keprihatinan atas tren peningkatan kasus tersebut. Menurutnya, ODHA di usia produktif kerap menghadapi stigma dan diskriminasi.

“Kami mengupayakan tiga program ‘Three Zero’: tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian terkait AIDS, dan tidak ada diskriminasi. Namun realitasnya, masih ada penambahan kasus setiap tahun dan masih ada kematian akibat ODHA tidak minum obat,” kata Wildan.

Sementara itu, ODHA sekaligus HIV influencer, Parid Raida, menegaskan bahwa tingginya kasus pada usia produktif bukan hanya terjadi di Pekanbaru, tetapi juga di berbagai daerah Indonesia.

“Kelompok usia produktif lebih mudah dijangkau melalui media sosial, sehingga edukasi bisa langsung menyasar perilaku berisiko,” ujarnya.

Parid menilai edukasi di lingkungan pendidikan perlu diperkuat agar generasi muda memahami bahaya HIV/AIDS dan tidak terjerumus pada perilaku berisiko. Ia juga mengajak masyarakat untuk peduli tanpa memberi stigma kepada ODHA.

“Yang harus dijauhi adalah perilakunya, bukan orangnya. Pengidap HIV/AIDS butuh dukungan, bukan diskriminasi,” ujarnya.**

 

sumber: KBRN