Korban Tewas Tembus 66 Orang, Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Dipicu Salah Konstruksi

JAKARTA –  Memasuki hari kedelapan proses evakuasi, hingga pukul 18.34 WIB, jumlah korban tewas akibat ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, bertambah menjadi 66 orang.

Dalam sehari, tim SAR menemukan 13 korban meninggal dunia dan dua bagian tubuh. Dengan begitu, total sudah 170 korban berhasil dievakuasi sejak operasi penyelamatan dimulai.

Berdasarkan laporan Basarnas, dari total 170 korban yang terevakuasi, 104 orang selamat sementara 66 orang meninggal dunia termasuk tujuh bagian tubuh.

Seluruh korban dievakuasi ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi oleh Tim DVI Polda Jawa Timur.

Bangunan asrama putra Ponpes Al Khoziny ambruk pada 29 September 2025, ketika ratusan santri tengah melaksanakan salat Asar berjemaah di lantai dua yang difungsikan sebagai musala.

Struktur empat lantai itu kemudian roboh sepenuhnya ke lantai dasar, menimbun ratusan santri di bawah reruntuhan.

Kiai Minta Warga Bersabar

Pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib, meminta semua pihak bersabar menghadapi tragedi ini.

“Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik,” ujar KH Salam kepada Kumparan, Senin malam (29/9).

Ia menambahkan, “Mudah-mudahan dibalas dengan balasan kebaikan oleh Allah.

Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, menekankan bahwa penyebab runtuhnya bangunan adalah kegagalan konstruksi.

“Jatuhnya adalah kegagalan konstruksi kemudian berubah menjadi tumpukan atau istilah internasionalnya pancake model,” ujarnya.

Emi menjelaskan, struktur bangunan mengalami pergeseran pusat gravitasi (gravity center) ke sisi kiri, sehingga seluruh beban tidak tertahan sempurna.

“Kalau kita lihat dari bukti nyata saat ini, kemampuan untuk menahan beban secara keseluruhan tidak sesuai dengan kapasitas struktur. Akibatnya tercipta void atau ruang-ruang sempit di dalam yang sulit diakses,” imbuhnya.

Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menegaskan bahwa operasi pencarian dan evakuasi korban dilakukan selama 24 jam tanpa henti.

“Saat ini operasi tetap kita laksanakan seperti yang terlihat, 24 jam kita laksanakan,” ujarnya dikutip Kompas.com di lokasi kejadian.

Syafii menambahkan, Basarnas belum bisa memastikan kapan evakuasi selesai. Operasi baru akan dihentikan setelah seluruh area dinyatakan bersih dan tidak ada lagi korban tertinggal di bawah reruntuhan.**